WELCOME TO MY BLOG ;)

Hi people!!!

be free to read this blog, hope this blog will bless you all..

Jumat, 01 Januari 2010

dari www.magdalene.net

Berbagi Hati

Teman-teman saya pada heran, kok bisa-bisanya nggak ada angin atau hujan tiba-tiba Maq ngangkat anak. Ya, saya bilang itu “atas penentuan Tuhan”, - waktunya Tuhan. Karena saya sendiri nggak pernah mimpi atau menginginkannya, tiba-tiba saja saat ipar saya memperbincangkannya, saya langsung jatuh hati. Saya beneran ngadopsi anak, - anak anjing.

Saya beri nama Joy Kingdom Kawotjo, semua orang yang melihatnya pasti bilang dia seperti boneka, gemes, lucu, dan pinter kayak emaknya..hehe. Pada waktu dia belum genap 2 bulan, badannya amat kecil, jalannya masih geloyoran, tapi beraninya minta ampun. Setiap dia ketemu kaki, tidak peduli laki perempuan tua muda, juga anjing besar dia kejar dan gigit. Kalau si kecil itu diangkat ke atas, dia tidak gemetar, ditaruh di ketinggian langsung terjun, - nangis belakangan. Saya benar-benar dibuat kagum sama Joy, anak pilihan Tuhan ini sesuai yang ada di hati saya, - pemberani, pantang menyerah dan beriman.

Kami melatihnya untuk pee dan poop di koran, lalu lama-lama merambat belajar pipis dan beol di kamar mandi, biar jadi anak pinter. Tapi maklum masih belum 2 bulan, bolak-balik dia kencing dimana-mana, poop di sembarang tempat. Kalau habis kencing, saya lap anunya pakai tisyu, biar nggak perlu dijilatin dan meninggalkan bau, karena sekecil itu belum boleh dimandikan sebelum divaksin muntaber. Jadi tiap kali pipis dan beol, saya bersihin pakai tisyu, atau dibasahin sedikit lalu dilap duburnya. Beberapa kali karena ada kotoran yang melekat di rambut pantat, saya harus pakai alat untuk mengorek belakangnya biar nggak meninggalkan kerak dan bau. Saya angkat itu anak, dan pantatnya dibersihkan di dekat pancuran air. Dia teriak meronta, tetapi saya berbicara dengan kasih sayang kepadanya dengan bahasa yang tidak dia mengerti, tapi nadanya pasti dapat dirasakan. Melalui Joy saya mendapatkan pelajaran berharga mengenai kasih Bapa.

1. Kita kadang beol dan meninggalkan kotoran yang memalukan dan bau, Tuhan mau bersihin kita dengan cara-Nya yang membuat kita kesakitan dan tidak suka, kita meronta dan berteriak, tetapi Dia tahu apa yang sedang dikerjakan-Nya, sehingga Dia tetap “menyakiti” kita demi kebersihan kita.

2. Saya mulai beli makanan yang terbaik untuk jenis puppy (anjing kecil), membelikan dental dan tulang-tulangan bervitamin agar dia tidak perlu menggigit sepatu saya yang tidak bervitamin. Setiap bepergian saya selalu ingat Joy, beli mainan apa yang bisa dibuat mainan Joy. Joy is in my heart wherever I go. Saya beliin pemotong kuku kecil untuk kuku-kukunya yang sudah panjang yang membuatnya terpeleset jika berlarian di ubin. Bapa kita juga suka menyenangkan anak-anak-Nya, apa yang terbaik bagi tiap kita dipikirkan-Nya. Kerinduan-Nya adalah memberikan yang diinginkan hati kita dan tanpa kita tahu kita sebenarnya ada di hati-Nya senantiasa.

3. Kalau bepergian, sekarang suka mikir kasih makan Joy dulu, minum cukup, pee dan poop dulu, baru dimasukkan ke tempat tidurnya. Jam bangun dan tidurnya didisiplin, sehingga dia tidak terlalu lelah bermain dan supaya teratur jam tidurnya. Dia juga suka ruangan ber-AC, saya harus menyediakan selimut agar si kecil tidak melingkar kedinginan. Kalau saya pergi pelayanan ke luar, saya harus memikirkan Joy agar dijaga oleh staff saya bergantian, dan gantinya saya harus menyiapkan makanan mereka karena daerah kami tidak banyak makanan di malam hari.

4. Saya suka memuji Joy jika ia berhasil pee dan poop di kamar mandi, saya menghadiahinya dengan madu demi kesehatannya juga. Dia sudah tahu jika saya mulai bilang “pinter, pinter…” dia pasti menunggu dengan antusias yang terlihat pada gerakan dan wajah, lalu menjilat jari-jari saya yang berlumuran madu. Jadi kata “pinter” bagi Joy identik dengan madu. Kalau saya puji “pinter” pasti dia seperti terjaga dan mengharapkan madu. Saya berpikir bahwa Tuhan juga menyediakan bonus hadiah bagi anak-anak-Nya yang menyenangkan hati-Nya, yang tahu melakukan kehendak Bapa-Nya, kehendak yang pasti terbaik bagi anak-anak-Nya.

5. Karena masih kecil, Joy terkadang kami dapati sedang makan poop-nya sendiri. Saya harus marah dengan serius dan berkata dengan bahasa yang akan mudah diingatnya seumur hidupnya jika ia melakukan apa yang tidak kami kehendaki: NO! Ia tidak tahu bahwa itu adalah barang “haram”, tetapi karena proses pencernaannya masih kecil, kadang makanan tidak dapat dicerna dengan baik, sehingga yang keluar dari dalam tubuhnya masih bau makanan dan terkadang bentuknya juga masih agak utuh. Untuk pelajaran yang harus diingatnya, saya harus menyentil mulutnya dengan dua jari saya. Dia kesakitan, menjerit dan menjilat-jilat mulutnya yang sakit lalu menyusup di antara kaki saya atau kalau saya benar-benar keras dia akan memojok di tepi ruangan. Sesudah saya pikir dia mendapatkan pelajaran kedisiplinan, saya mengejarnya, mengelus-elus kepala dan badannya serta memeluknya sambil berkata: “Ami sayang sama Joy, tapi Joy jangan makan poop lagi ya?” Dia mengibaskan buntutnya dan menumpangkan tubuhnya di kaki saya. Saya juga tidak tega melihatnya kesakitan, tetapi saya tidak mau melihatnya makan kotorannya sendiri. Saya kadang harus memukul dia dengan lidi dan marah dengan suara keras. Saya tahu dia kesakitan. Tapi kemudian setelah selesai, dia mendekati kaki saya pelan-pelan dan tidur di atas kaki. Setelah itu saya menangis keras, saya tidak pernah mau menyakiti anak yang saya sayangi ini, tapi dia harus mendapatkan disiplin supaya tidak terbiasa melakukan hal yang buruk. Saat saya menangis, Joy memperhatikan saya dengan bingung, kepalanya muter-muter tanda kebingungan, kemudian dia menjilat saya, dan saya peluk dia sambil berkata, “Ami sayang Joy, Ami gak mau Joy kotor dan nakal ya, ya anak pinter…?”

Saya tahu Bapa kadang harus bertindak keras terhadap kita jika dilihat-Nya kita melakukan sesuatu yang menjerumuskan diri sendiri seperti “makan kotoran”. Dia harus menghajar kita, tetapi Ia sendiri merasakan sakitnya penderitaan yang kita alami, Dia pasti menangis saat kita kesakitan disentil tangan Tuhan. Tapi itu harus terjadi agar kita tidak celaka.

Saya semakin mengenal hati Bapa karena saya sendiri atas penentuan Tuhan diberi kesempatan untuk mengadopsi Joy Kingdom. Membaca kisah di bawah ini hati saya teriris, saya juga sudah merasakannya, seperti orang lain yang punya anak, Joy juga titipan Tuhan yang harus saya jaga baik-baik.

Steven, 14 tahun, telah membolos sekolah selama 3 hari berturut-turut. Kenakalan ini terungkap setelah pihak sekolah menelpon ke rumah untuk menanyakan keadaannya. Orang tua Steven lebih marah terhadap kebohongan Steven daripada kenakalan membolos sekolah.

Setelah berdoa bersama Steven, orang tuanya memutuskan hukuman untuk kebohongannya tersebut.
"Steven, tahukah kamu betapa pentingnya kita untuk saling mempercayai satu sama lain?"
"Ya, ayah"
"Bagaimana kita bisa saling mempercayai kalau kita tidak mengatakan hal yang sebenarnya? Itulah sebabnya berbohong adalah suatu perbuatan yang sangat buruk. Bukan hanya berbohong itu dosa, tetapi berbohong juga menghancurkan kemampuan kita untuk saling mempercayai. Kamu mengerti?"
"Ya, ayah."
"Ibu dan ayahmu harus membuat kamu mengerti betapa seriusnya masalah ini. Bukan hanya karena kamu membolos dari sekolah, tetapi karena kebohonganmu terhadap kami. Hukuman disiplinmu akan berlangsung selama tiga hari. Untuk menebus dosamu, kamu harus tidur di loteng setiap hari dan tinggal di sana sendirian."

Demikianlah, Steven kecil naik ke loteng dan tempat tidurnya disiapkan di sana.

Malam itu adalah malam yang paling panjang bagi Steven; dan mungkin malam yang lebih panjang lagi bagi kedua orang tuanya. Ayah Steven merusaha membaca koran, namun kata-kata yang tertulis di koran tersebut seakan-akan kabur. Ibunya mencoba menjahit, tetapi ia tidak dapat memasukkan benang ke lobang jarum.

Akhirnya, tibalah saatnya untuk tidur.Sekitar tengah malam, ketika sang ayah berbaring di tempat tidurnya sambil memikirkan betapa kesepian dan ketakutannya Steven di loteng, akhirnya ia berkata kepada istrinya:
"Apakah kamu masih terjaga?"
"Ya, aku tidak dapat tidur karena memikirkan Steven."

Satu jam kemudian, ia bertanya lagi:
"Apa kamu sudah tidur?"
"Belum," jawab sang istri, "Aku tidak dapat tidur karena memikirkan Steven yang tidur sendirian di loteng itu."
"Begitu juga dengan aku."

Satu jam lagi berlalu. Sekarang pukul 2 pagi.
"Aku sudah tidak tahan!" seru sang ayah. Kemudian ia bangun dari tempat tidurnya sambil membawa bantal dan selimutnya, "Aku akan tidur di loteng."

Di loteng, ia menemukan Steven dalam keadaan yang diperkirakannya: masih terjaga dengan berurai air mata.
"Steven," kata ayahnya, "aku tidak dapat membatalkan hukuman atas kebohonganmu karena kamu harus tahu betapa seriusnya kesalahan yang telah kau perbuat. Kamu harus mengetahui bahwa dosa, khususnya kebohongan, memiliki akibat-akibat yang sangat buruk. Akan tetapi, ayah dan ibumu tidak tahan menanggung beban pikiran tentang kamu yang tidur sendirian di loteng ini, sehingga ayah datang ke loteng untuk berbagi hukuman dengan kamu."

Setelah selesai mengatakan hal itu, ayah Steven berbaring di samping anak laki-lakinya itu, dan mereka saling berangkulan. Air mata yang mengalir di pipi mereka bercampur menjadi satu saat mereka saling berbagi bantal dan hukuman ..... selama tiga malam."

Dua ribu tahun yang lalu, Yesus turun dari tempat-Nya sambil membawa bantal dan selimut-Nya, yang sebenarnya adalah tiga paku besar dan sebuah salib. Ia dipakukan di salib untuk menanggung dosa-dosa kita. Namun seharusnya, kitalah yang di paku di salib itu....demi cintaNya kepada kita Ia rela menangung semua derita itu, Ia tidak saja berbagi hukuman, Ia mengambil semua hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada kita.

Maka sudah selayaknyalah sekarang kita bisa berusaha menjauhi segala laranganNya, melakukan sesuatu yang membanggakan-Nya, sesuatu yang dapat Ia percayai. NN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar